[cerpen] KUBAH
Usman Hermawan Azan zuhur baru berlalu seperempat jam. Sebuah sedan merah kinclong berhenti tepat di sisi kanan gerbang masjid Al Ma’mun. Dua lelaki keluar dari kedua pintu depannya. Keduanya mengesankan seperti majikan dan sopirnya. Si majikan berkaca mata minus, berjubah krem, ber tampang Arab, kulitnya putih, brewoknya tipisnya bersambung dari jambang kiri ke jambang kanan, ponsel dan tas kecil tak lepas dari genggamannya. Sungguh, mengesankan bahwa dia bukan orang susah. Usianya sekitar kepala lima, masih enerjik. Lain halnya dengan sopirnya, tampak lebih sederhana dan penuh hormat terhadap majikannya, usianya jauh lebih muda. Perannya seperti merangkap sebagai asisten dan pemandu. Keberadaan mereka mengundang perhatian warga yang ada di situ, pun mobilnya yang terbilang bagus. Maklum, letak masjid di dalam kampung, jarang ada orang bermobil mampir untuk sekadar menumpang shalat. Mobil yang kerap parkir di sekitar masjid biasanya hanya colt butut bak terbuka yang m...