[Catatan Perjalanan] Bahasa “Indonesia” di Ruang Publik Singapura
Bahasa Indonesia yang kumaksudkan tentu saja bahasa
Melayu. Bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu berbeda tipis. Sesungguhnya
penggunaan Bahasa Melayu cukup luas. Selain di Indonesia dan di Singapura,
bahasa Melayu digunakan juga di Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina Selatan,
Thailan Selatan, Kamboja, Afrika Selatan, Sri Lanka, Timor Leste, Papua Nugini,
Pulau Chrismas, dan kepulauan Cocos. Ragam bahasa Melayu jadi
berbeda-beda-beda, sesuai dengan ling-kungannya masing-masing.
Bahasa Melayu di Singapura termasuk dalam bahasa resmi
selain bahasa Inggris, bahasa Mandarin dan bahasa Tamil. Etnis Melayu yang
jumlahnya sekitar 13,9 % besar kemung-kinansebagai pemakai bahasa Melayu. Namun
tampaknya dalam komunikasi lisan bahasa Inggris sangat mendominasi. Bahasa
Inggris menjadi bahasa penengah semua etnis dan warga negara lain.
Pada setiap saat dalam perjalanan aku selalu memusat-kan
perhatian untuk mencari kata-kata berbahasa Melayu. Ini karena aku tertarik
saja, sekalian untuk mengetahui sejauh mana bahasa Melayu difungsikan dan
dihargai di ruang publik. Kamera selalu siap untuk digunakan. Aku upayakan memotret-nya, jika tidak bisa memotret
maka aku mencatatnya.
Pada penjelajahan kami kali ini mulai dari bandara
Changi, dalam MRT dan bus, kawasan sekitar Merlion Park, Kampong Bugis, Little
India, Clementi, dan Chinatown aku mencari tulisan dalam bahasa Melayu.Ternyata
tidak di semua tempat terdapat tulisan berbahasa Melayu.
Masih di Masjid Sultan, pemberitahuan larangan merokok juga menggunakan bahasa Melayu. DILARANG MEROKOK DI KAWASAN MASJID dilengkapi dengan kata-kata berbahasa Inggris yang searti.Teks ini sama persis dengan bahasa Indonesia.
Di kawasan Clementi ada masjid Darussalam. Di dekat area kompleks masjid tersebut ada plang menghadap ke jalan raya tersusun sebagai berikut:
Rasulullah
S.A.W. bersabda yang diriwayatkan oleh muslim
“Barang
siapa membangun masjid kerana Allah Taala, maka Allah akan membina untuknya
sebuah rumah di Syurga.”
MASJID
DARUSSALAM
Untuk
pertanyaan mengenai kegiatan masjid, kuliah agama dan lain-lain, sila hubungi
6777 0028
Emel: feedback@darussalam.mosque.org.sg
Penulisannya “agama” bukan “ugama”. Padahal di Singapura ada Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Entahlah. Di bagian lain menghadap ke jalan raya, sebuah baliho disertai foto orang yang berperan tercantum judul acara.
Teks pada baliho:
SIRI
DARUSSALAM
BERSELAWAT
Acara ini dilaksanakan sebagaimana terjadwal di bawahnya:
Sabtu, 2
April @ 6.30 Petang
Ahad, 8 Mei
@ 9.30 Pagi
Sabtu, 21
Mei @ 6.30 Petang
Di bagian luar masjid Sultan ada stiker larangan merokok, dendanya 500 dolar. DILARANG MEROKOK DI KAWASAN MASJID NO SMOKING WITHIN THE MOSQUE PREMISIS $500 FINE. Itu separuh dari denda pada stiker kecil yang tertempel di dalam bus yakni 1000 dolar. NO SMOKING FINE $1000. Di atasnya ada simbol larangan merokok. Di sampingnya ada larangan makan dan minum dengan ancaman denda 500 dolar, dan larangan membawa cairan berbahaya atau gas dengan denda 5000 dolar. Bayangkan, makan dan minum di bus dan kereta itu dilarang. Tidak demikian halnya dengan di Indonesia. Jangankan di kendaraan umum, di dalam masjid pun tidak ada yang melarang. Di dalam kelas juga banyak siswa makan dan minum, karena tidak ada larangan yang tegas. Begitulah aturan di Singapura. Faktanya, memang aku tidak menemukan orang melanggar aturan itu.
Masih di Masjid Darussalam, ada lagi tulisan:Peringat-an Tiada alas kaki dibenarkan
melebihi batas pagar ini. Kita
mengerti maksudnya, alas kaki tidak boleh melebihi batas pagar. Ada pula
tulisan yang kira-kira kita mengerti maksudnya, yakni seperti ini:
DARUSSALAM
MOSQUE
Tempat
Berwuduk
Ini
Adalah usaha
Pelajar-Pelajar
Ustaz Abdul
Hamid Abu Bakar
2012
Sedangkan di pintu bus aku mendapati
tulisan seperti berikut ini:
SILA BAYAR TAMBANG YANG BETUL, SENTUH KELUAR KAD
ANDA HANYA BILA ANDA TURUN DARI BAS (ini
juga dikenakan kepada perkhidmatan
feeder dan semua kad konsesi). Agak rancu jika dipahami dengan bahasa Indonesia, tapi
kira-kira kita mengertilah maksudnya. Jika disusun menurut bahasa Indonesia mungkin
menjadi: SILAKAN BAYAR ONGKOS DENGAN
BENAR, SENTUH KARTU ANDA SAAT TURUN DARI BUS (hal ini berlaku bagi pegawai
perusahaan dan semua kartu izin).
Ejaan bahasa Inggris
diserap ke bahasa Melayu ditulis sesuai dengan pengucapannya. Antara lain: card ditulis kad; dan bus ditulis bas.
Untuk diketahui bahwa pada saat naik bus penumpang harus
menyentuhkan kartu pada alat pindai yang barada dekat sopir. Demikian pula pada
saat turun, menumpang menyen-tuhkannya pada alat khusus dekat pintu keluar.
Dalam bus ada juga tulisan: Dalam kecemasan, sila gunakan tukul untuk memecahkan tingkap kaca.Kata-kata itu tersusun bersama tiga
bahasa lainnya. Nah ini sedikit lucu bagiku. Tukul itu nama temanku Pak Tukul,
juga nama pelawak, yakni Tukul Arwana. Tukul di situ berarti palu. Kalau
diindonesiakan kira-kira menjadi: Dalam
keadaan darurat, silakan gunakan palu untuk memecahkan jendela kaca. Di
bagian bawahnya ada lagi tulisan: Denda
bagi penyalahgunaan S$5,000. Lima ribu dolar Singapura, setara dengan lima
puluh juta rupiah. Itu dimaksudkan agar orang tidak semena-mena.
Di gerbong MRT kudapati
tulisan: PEMEGANG PEMBUKA PINTU (untuk
kecemasan sahaja). Maksudnya, pemegang pembuka pintu ini difungsikan hanya
dalam keadaan darurat. Persis di pintu
ada tulisan disertai bahasa lain: HARAP
JANGAN NAIK BILA LAMPU BERKELIP. Ini mudah difahami. Demikian pula dengan
tulisan ini: BERHATI-HATILAH DI RUANG. HARAP
JANGAN BERSANDAR DI PINTU. Demikian pula dengan tulisan yang tercantum di bilik
sisi atas gerbong: PINTU KELUAR KECAMASAN TERLETAK DI KEDUA HUJUNG KERETA. Kecemasan
sama dengan darurat.
Di pagar proyek pembangunan halte terdapat tulisan: BAHAYA JANGAN MENDEKAT. Itu di kawasan
Clementi. Kata “bahaya” ada juga di tempat yang berbeda, yakni ter-tempel di
sebuah alat berat ukuran kecil. Apa pula pada stiker kuning voltase tegangan
tinggi 415 V di gerbong kereta.
Pada spanduk di pusat
belanja di kawasan Little India : Pusat penjaja
ini menggalakkan pulangan dulang. Tulisan
tersebut berada di antara tiga bahasa lainnya.Pulangan dulang? Unik tapi bikin
pusing, silakan artikan sendiri! Masih di area yang sama pada spanduk ada
tulisan: SAYA OK, ANDA OK.Dibawahnya ada
tulisan berbahasa India. Itu sederhana.
Dekat kamar kecil:Tolong pam tandas selepas guna & jangan membuang
sampah ke dalam lubang jamban. Terima kasih atas kerjasama anda!Mungkin sama
dengan: Tolong tutup (?) kamar kecil setelah digunakan dan jangan membuang
sampah ke dalam lubang kloset.
Di dinding luar sayap kanan Masjid Angullia, ada teksempat
bahasa yang cukup panjang. Isinya menginformasikan tentang sejarah singkat masjid
tersebut. Bahasa Melayunya yang tersusun lima barispanjang sekitar dua setengah
meter. Isi teksnya sebagai berikut:
Rekod-rekod menunjukkan bahawa penunjukkan disini dimana
masjid ini berada, telah dipindah hak milik kepada Salleh Eussoof, seorang pedagang
dari Kaum Gujerati Sunni Muslim yang berasal dari Rander, Utara Bombay (kini
dikenal sebagai Mumbai) pada tahun 1890 dan masjid ini dibina semula pada
tahun 1898. Akan tetapi sebuah masjid
yang dimikili oleh Komuniti Bombay Muslim yang berkait rapat dengan kaum Gujerati
Sunni Muslim yang dipercaya sebelum kedatangan keluarga Angullia. Pada tahun
1850, Eussoof menjejakkan kaki ke Singapura untuk mengembangkan syarikat
perdagangan untuk keluarganya yang akhirnya termasuk Asia Tenggara, Mauritius
dan juga Afrika Selatan. Dilengkapi dengan barang dagangan dan rempah
ratusannya, Eussoof sangat cepat disanjungi oleh Komuniti India Utara
sehinggalah pada tahun 1904, keluarga Angullia kekal menjadi pemegang amanah
Masjid Angullia.
Kalau kau ada kesempatan berkunjung ke Masjid Angullia, cobalah kau baca teks tersebut mudah-mudahan masih ada, sekadar untuk membuktikan akurasi salinanku ini. Aku menyalinnya melalui rekaman video, karena kalau difoto tak cukup sekali cepret dan keadaannya tak cukup terang. Gerakan pengambilan gambar yang terlampau cepat berakibat sangat sulit menyalinnya. Kembali lagi ke sana hanya untuk membaca teks tersebut jelas tak mungkin. Sungguh, repot sekali aku menyalinnya. Ketika kutulis tangan di kertas HVS panjangnya mencapai 75 senti per baris, hampir selebar gawang pintu rumah.
Penggunaan diksi yang sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia, membuat teks tersebut sedikit mengganggu bagi pembaca Indonesia. Ada bagian-bagian yang susah mengarti-kannya. Bahasa Melayu di Malaysia yang disebut sebagai bahasa Malaysia banyak yang lucu dalam kacamata orang Indonesia, seperti kata “percuma” yang berarti gratis, di Singapura hal itu tidak kutemukan. Demikian pula adaptasi bahasa Inggris ke bahasa Malaysia, seperti “motorcycle” menjadi “motosikal”, sedangkan di Singapura tidak ditemukan.Mungkin ini karena minimnya penggunaan bahasa Melayu.Di ruang publik Singapura tidak banyak bahasa Melayu yang digunakan sebagai petunjuk atau pengingat. Mungkin hal itu dampak dari persentase jumlah warganya yang relatif kecil, juga perannya yang tidak dominan.
Aku meyakini bahwa Tuan Sultan pun sebagai pengguna
bahasa Melayu. Para pengguna Babasa Melayu di Singapura mempunyai kedekatan
emosional dengan Sultan. Dalam konteks kebahasaan, dari bahasa Melayu yang
berhasil aku temui menunjukkan bahwa bahwa Melayu itu terkait erat dengan
penggunanya yang notabene etnis Melayu. Hal ini merupakan bagian dari eksisnya
bahasa Melayu yang berarti dihargainya keberagaman entis di Singapura.[]
Komentar
Posting Komentar