HP Hilang, Susah pun Terbayang

 



Jumat (13/9/2024). Agenda di sekolah jumat ini adalah jumat sehat dengan materi kegiatannya senam bagi seluruh siswa dan guru. Aku pakailah celana training dan kaos abu-abu yang kuperoleh dari sekolah beberapa tahun lalu. Kusimpan dompet di saku kanan dan HP di saku kiri. Tak ada resletingnya, bebeda dengan celana training biru, kupikir tak apalah. Dengan berkostum training setidaknya aku beradaptasi, walaupun nantinya aku hanya sedikit senam, lebih banyak merekam, membuat video untuk youtube Kabar 15 tv garapanku.

Baju dan celana yang sudah dimasukkan ke tas jinjing aku simpan di ruang bawah jok motor. Selanjutnya, berangkatlah. Istriku masih di kamar mandi mengurusi anak. Aku tak sempat pamit. Kukira dia maklum.

Rute yang kutempuh seperti biasanya, yakni perumahan Binong, melalui jalan pintas tepian parit selebar satu meter yang ada jembatannya. Tiba di dekat jembatan itu motor terhenti karena di arah yang berlawanan ada motor yang maju lebih dulu. Pada saat itu  dari belakang ada yang memanggil-manggil, dari orang pertama di sambung orang kedua.”Pak! Pak!” Orang pertama pada posisi paling belakang segera memberhentikan motornya di sebelah kiriku. Dia berjaket ojol, tanpa helm, motormya beat merah. Mungkin dia tidak sedang mencari pelanggan.

Aku kaget bukan main. Aku takut terjadi sesuatu yang menuntut tanggung jawabku. Aku heran: Apa salahku? Ada apa ini?

Di tangan kirinya ada HP, seperti milikku. “Ini HP bapak yah?”

Kuraba saku kiri celana trainingku. HP-ku tak ada. Aku mengiyakan. Rupanya dia menemukan HP itu di jalan. Pemotor yang persis dibelakangku maju jalan. Aku ingin bicara dengan orang baik ini. Kutanya namanya. Didi, katanya, kalau aku tak salah dengar. Aku masih gugup, dadaku dekdekan. Aku terima kasih dan mengulangnya. Dia kembali dan aku melanjutkan perjananan.

Aku didera beragam rasa. Salut, senang, sedih, haru, malu, sesal, bercampur dalam diriku. Aku ingat, wajahnya tak mengisyaratkan meminta imbalan. Dia tulus menolong. Aku merasa berutang budi.

Baru terpikir. Sayang aku tak meminta nomor kontaknya untuk nantinya berkomunikasi. Seketika itu aku juga ingat kejadian jelang awal tahun lalu ketika dompetku hilang dan ditemukan seseorang sehingga kemudian melibatkan tiga orang. Seperti dioper-oper. Endingnya menghabiskan uang tujuh ratus ribu.

Terbayang akibatnya jika HP-ku bener-benar hilang berada di genggaman orang, aku menghadapi kesulitan besar. Banyak data pentingnya, harus absen daring pula. Begitu berharganya, melebihi harga fisik HP tersebut. Dalam perjalanan itu pulalah aku menangis kecil, putus sambung. Kedua mataku tergenang banjir berkali-kali.

Aku berdoa untuk Kang Didi yang baik, semoga rezekinya Allah lancarkan.*[Usman]  

Komentar

Postingan Populer