(PUISI) Surat Terbuka untuk Syamsurizal

 



 

Sebuah pesan masuk melalui Whatsapp

Aku mendadak rindu

Sebab tumben kau menghubungi aku malam Minggu

Tiga puluh tiga tahun bukan sebentar

Kita tak berjumpa, di media sosial pun tak pernah saling komentar

 

Aku senang dapat menyambung silaturahmi

Tegur sapamu kutimpali

Setelah itu ternyata maksudmu satu

kau ingin menitipkan keponakanmu

masuk ke sekolah negeri tempat aku berjibaku

Padahal jelas, pendaftaran siswa baru ada prosedurnya

 

Kau mengira setiap guru ada jatahnya

Memang ada, bahkan sama haknya dengan satpam dan OB, tapi itu untuk anak kandung, dibuktikan dengan kartu keluarga dan akta kelahiran,

bukan keponakan, bukan pula anak tetangga atau anak dari istri siri

Aku hanya guru biasa, andai aku yang mengantarkan pasti tidak gratis

Dengar-dengar uang sogoknya delapan hingga lima belas juta, bahkan lebih, tergantung makelarnya

Maaf, aku tak sanggup membantumu

 

Sampaikan kepada saudara atau keponakanmu

ikuti saja seleksi sesuai prosedur resmi

jika tidak lolos jangan memaksakan kehendak hanya karena sekolah negeri sekarang gratis 

Jika tidak lolos seleksi lebih baik masuk sekolah swasta

Daripada untuk menyogok lebih baik dananya digunakan untuk keperluan yang lebih urgen

 

Sebagai lulusan sekolah pendidikan guru tentu kau paham

berapa idealnya jumlah siswa dalam satu kelas

Jika banyak siswa titipan dan seleksi hanya formalitas,

sehingga per kelas ada yang mencapai lebih dari lima puluh siswa

Dapat kau bayangkan ketika tengah hari cuaca panas, pendingin ruangan mati akibat daya listrik tak memadai

Akibatnya para siswa mengeluh kepanasan, tangannya mengipas-ngipas, mulutnya tak terkendali

Tentu kewalahan gurunya

Bagaimana bisa pembelajaran jadi lebih bermakna

 

Jika kemudian lulusan kurang bermutu

Dan orang tua mereka komplain

Aku hanya akan berkata dalam hati: Namanya juga sekolah gratis!

 

Pikirkanlah dengan bijak, akan meracuni perut siapa saja uang sogok yang kalian berikan?

Maafkan aku tidak bersedia membantumu Kawan

Kutunggu teleponmu waktu lain untuk sekadar berbagi kabar, kecuali pinjam uang

 

Juni 2022



#puisi #ppdb #kritiksosial


Komentar

Postingan Populer