[Catatan Perjalanan] Pantai Gopek Karangantu Area Rekreasi Murah Menarik
“Ingin ke pelelangan,” cetus istriku iseng. Cerita tentang
pelelangan ikan yang di kawasan Sepatan telah dia dengar sebelumnya. Aku pun
telah memikirkan sebelumnya: Ke pelelangan yang di Sepatan atau di Serang?
Setelah ditimbang-timbang aku putuskan untuk pergi ke pelelangan ikan yang ada
di Karangantu - Serang, sekalian berwisata ke pantai Gopek bersama keluarga.
Minggu pagi (3/11/2024), dengan mobil aku, istri dan dua
anak (Naira dan Amarilis) berangkatlah. Bensin di tangki mobil tersisa 3 bar.
Rencana akan mengisi pertamax di pom bensin pertama, di rest area tol. Masuk di
pintu tol Karawaci Barat. Sampai dekat pom bensin tiga bar belum berkurang. Tak
jadi mengisi di situ. Sampai Pasar Rau pun belum juga berubah 2. Rencananya
akan mengisi bensin sepulangnya saja di sekitar Banten Lama.
Sampailah pada area pasar, para pedagang memenuhi kiri-kanan
sisi jalan. Jembatan belok kanan sampailah di kawasan pelelangan. Pada Google
maps tertera jaraknya 70 km. Tiket masuk Rp 6000. Disebut pantai Gopek karena dulu
tiket masuknya gopek (Rp 500). Itulah sebabnya kemudian. Letaknya di kawasan
Karangantu, kecamatan Kasemen, Kota Serang. Kawasan tersebut dulunya dikenal
sebagai Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN). Seiring waktu beberapa kali harga
naik hingga hari itu mobil Rp 6000. Aku lupa ketika sebelumnya aku ke situ sendiri
naik motor (5/1/2023) entah bayar atau tidak.
Pada pencariaan google tercatat bahwa Pantai Karangantu pada
zaman Belanda adalah pelabuhan penting yang menjadi pintu masuk bangsa Belanda
pertama kali ke Nusantara. Pada tahun 1596, ekspedisi Cornelis de Houtman
mendarat di Karangantu, Banten, menandai awal kontak resmi antara Belanda dan
Indonesia. Pelabuhan ini juga menjadi pusat perdagangan penting, terutama
setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
Setelah mobil terparkir kami langsung menuju ruang transaksi
ikan yang berasal dari nelayan. Istriku bertanya kepada pengunjung, ternyata
bahwa ikan yang dijual di situ tidak diecer. Kami pun ke area luar. Banyak
lapak pedagang ikan. Melihat-lihat lalu membeli. Istriku membeli cuma cumi-cumi
sekilo dan ikan kuwe dengan berat 1,9
kilo. Area pelelangan pun menjadi lokasi rekreasi keluarga yang menyenangkan.
Mamasuki area wisata pantai Gopek. Di sebelah kiri ada sungai
yang menjadi jalur lalulintas kapal nelayan. Suara mesin kapal seukuran mesin
mobil truk fuso terdengar bising. Sejumlah kapal-kapal itu diperuntukan sebagai
kapal wisata yang mengangkut penumpang. Ada semacam terminal tempat penumpang
naik ke kapal. Per orang Rp 10.000. Anak-anak gratis. Penumpang dibawa ke arah
laut lalu putar balik. Durasinya sekira sepuluh sampai dua puluh menit. Waktu
ke sana sendiri aku naik, kali ini tidak. Anak dan istriku pun tidak mau karena
tidak berani, takut terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Bagi orang yang
belum pernah atau jarang naik kapal/perahu termasuk aku, terasa benar
sensasinya, terutama sensasi takut tenggelam.
Tak ada pasir pantai yang bisa dimanfaatkan untuk bermain.
Yang ada hanya dermaga. Kami memilih bermain di dermaga menikmati suasana dan
manikmati jajanan. Di sisi kanan warung berderet. Tersedia pula barang sewaan:
skuter, sepeda listrik, mobil-mobilan, dan sepeda gunung. Anakku, Naira ingin
naik sepeda listrik. Sayang, harga sewanya dua puluh ribu per dua puluh menit.
Tak kami penuhi keinginannya. Dia cemberut terus. Perlu waktu yang agak lama
menormalkannya.
Karena hari Sabtu, pengunjung tidak banyak. Itu yang aku
suka, sehinga dapat lebih leluasa menikmati pemandangan tanpa gangguan hiruk
pikuk dan lalu lalang manusia. Bagi yang hobi mancing, ada yang memanfaatkan
kesempatan untuk mancing. Kunikmati benar momentum berharga itu. Penggalan
surga banyak tersebar di bumi nusantara. Melihat anak dan istri senang, aku pun
senang.
Setelah puas menikmati suasana pantai kami pun pulang.
Kukira aku hapal jalan, sehingga tak perlu memakan petunjuk google maps. Dari
jembatan terus, lalu belok kiri. Setelah lumayan jauh baru disadari ternyata
kami salah belok. Lali putar balik, cek google maps, arah kota Serang belok
kiri. Melajulah terus. Jalan mengecil, lalu masuk area pesawahan. Makin tak
jelas. Seekor biyawak sebesar pergelangan kaki orang dewasa tiba-tiba muncul pada
jarak dekat. Mobil tak bisa direm. Sepertinya terlindas ban depan, ternyata
tidak. Persawahan amat luas. Aku tak paham itu di mana. Meskipun ragu terus saja
mengikuti petunjuk peta hingga belok kanan masuk kampung. Ketika ada orang aku bertanya
arah kota Serang. Ternyata rutenya benar. Hingga sampai pada ruko komplek perumahan
kami berhenti. Bensin tinggal sedikit. Anakku beli jajanan di Indomaret.
Aku duduk di pilar taman. Ada seseorang yang ternyata sopir
grab. Katanya jalan raya dekat terminal Pakupatan dekat. Begitu kami teruskan
perjalanan tidak lama ketemulah RSUD Kabupaten Serang, lalu ketemulah jalan
raya itu. Belok kiri lalu putar balik ke arah pintu tol Serang Timur untuk
mengisi bensin di pom bensin pertama. Masuk tol, ambil kiri masuk pom bensin.
Bayar dan mengisilah sendiri. Jalan pulang sudah terang. Selesailah masalah.[]
Penulis: Usman Hermawan
Komentar
Posting Komentar